Jumat, 30 November 2012

Desain Yang Menyatu dengan Alam

Falling Water, Frank Lloyd Wright
  
Dikenal sebagai "arsitek terbesar Amerika sepanjang waktu", Frank Lloyd Wright merancang suatu rumah yang luar biasa yang dikenal sebagai Fallingwater yang mendefinisikan kembali hubungan antara manusia, arsitektur, dan alam.Fallingwater berdiri sebagai salah satu karya Frank Wright terbesar. Rumah Fallingwater dibangun sebagai rumah akhir pekan untuk pemilik Mr Edgar Kaufmann, istrinya, dan anak mereka, yang ia mengembangkan persahabatan dengan melalui anak mereka yang belajar di sekolah Wright, Fellowship Taliesin. Air terjun, retreat keluarga selama lima belas tahun dan ketika mereka ditugaskan Wright untuk merancang rumah mereka membayangkan satu seberang air terjun, sehingga mereka bisa memilikinya dalam pandangan mereka.  Sebaliknya, Wright terpadu desain rumah dengan air terjun itu sendiri, menempatkannya tepat di atasnya untuk membuatnya menjadi bagian dari kehidupan Kaufmanns '.
Frank Lloyd Wright berkisar desain rumah di sekitar perapian, perapian rumah yang ia dianggap sebagai tempat berkumpul keluarga. Keindahan ruang-ruang yang ditemukan dalam ekstensi mereka terhadap alam, dilakukan dengan teras kantilever panjang. Menembak keluar pada serangkaian sudut kanan, teras menambahkan unsur patung untuk rumah selain dari fungsi mereka.
Lihat rumah sebagai perubahan cahaya sepanjang hari atau melihat perubahan musim. Rumah Fallingwater terletak dalam sebuah cagar alam 5.100 hektar, yang kadang-kadang menyediakan lingkungan yang sulit untuk teknologi komunikasi.

Cascade House, Paul Raff

Cascade House merupakan penerima penghargaan Multi-Award yang dirancang oleh Paul Raff, dengan konsep desain “ rumah ramah lingkungan yang dilengkapi dengan desain sistem surya”.
Terletak di Toronto Forest Hill, Cascade House berdiri ibarat sebuah 
patung kotak yang terdiri dari pecahan kaca dan batu tulis hitam. Rumah ini dibangun untuk sebuah keluarga pindahan dari Arizona yang mencintai seni modern dimana mereka sangat menginginkan rumah yang memiliki pencahayaan alami. Dibangun dengan luas 353 m2.

Cascade House terdiri diri dari tiga lantai ditambah satu basement. Pada tampak selatan yang menonjol adalah lantai satu dan dua saja. Sehingga sekilas tingginya hanya terlihat seperti dua lantai saja. Bentukan fasade rumah ini sangat dinamis. Dimana ketinggian fasade dari ujung kiri keujung kanan terlihat seimbang mengikuti kontur tanah yang semakin meninggi pula. Ini adalah sebagai salah satu respon bangunan terhadap alam sehingga terjadi kerja sama yang enak dipandang. Konsep ini sengaja diterapkan oleh Paul Raff karena
memang ini adalah pekerjaan favoritnya, menyatukan bangunan dengan alam.

Kecintaan paul terhadap alam menjadikan karya-karya sebagai bangunan yang tumbuh dan menyatu dengan alam. Tidak ahanya dari bentukan fasade dan masa bangunan, namun material pun menjadi salah satu bagian yang dapat ia explor sebagai tampilan akhir bangunan yang membuat bangunan semakin menyatu dengan alam.
“We always start from first principles of human scale and flow, and in search of opportunities to engage light and landscape, once we began to work with glass and slate, the house became characterized by a powerful material presence that is activated as these materials come alive in response to natural light.” Paul Raff.
Material yang digunkan Paul adalah material alam atau yang menyerupainya. Seperti batu alam dan kaca. Kedua material ini menjadi material dominan pada bangunan Cascade House ini. Dimana hampir semua permukaan dinding exterior ditutupi dengan batu alam. Tidak hanya bagian exterior, bagian interior pun sebagian besar ditutupi oleh batu alam.

Dimensi dari fasade Cascade House yang cukup ideal, menjadikan rumah ini di ibaratkan patung kotak Froles Hill yang berdiri kokoh dipuncak Flores Hill. Kenapa disebut patung kotak? Jawabannya jelas terlihat dari bentuk fasade Cascade House yang memang terdiri dari beberapa bentuk persegi empat yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki karakteristik seperti yang diharapkan Paul, yang tadi sudah dijelaskan yaitu merespon alam.
Persegi empat pertama merupakan tampilan dari ruang tamu yang berada di lantai satu sebelah barat. Tampilan yang paling menonjol pada bidang ini adalah sebuah jendela besar yang langsung menghadap selatan. Keunikan dari jendela ini ialah dapat melihat kedramatisan pergantian musim jika dilihat dari dalam ruang tamu. Tidak hanya itu jendela ini  juga sebagai respon akan cahaya dan penghangat alami.

Untuk menyatukan alam dengan ruangan didalam rumah, Paul menggunakan jendela besar yang ditutupi kaca. Hal ini tentunya akan membuat penghuni dari dalam rumah tetap bisa melihat lingkungan sekitar jauh lebih leluasa dibanding rumah lain yang memiliki jendela kaca kecil.
Pada fasade depan ruang tamu, dinding dan jendela kaca dilapisi dengan pecahan kaca setebal 19mm warna hijau lumut yang terlihat mengkilat seperti air yang jatuh mengalir dari atas bangunan. Warna yang tepat dan selaras dengan alam.Meskipun bertemakan material alam namun semua material yang digunakan merupakan material pabrikasi. Dengan kata lain penggunaan material rumah ini menggunakan metode baru yang lebih modern.
Entrance pada Cascade House menggunakan pola sirkulasi tidak langsung, ini terlihat dari jalan masuk yang menghubungkan rumah dengan jalan yang sengaja dibelokan terlebih dahuu sebelum masuk ke dalam rumah. Padahal site memungkinkan untuk jalan langsung lurus ke pintu.

Menyatu dengan Alam Perbukitan
Konsep desain hunian yang diliput ini berawal dari keinginan developer Pramestha Residence untuk membangun permukiman di kawasan Dago Giri, Bandung tanpa mengurangi luas daerah resapan air di Jawa Barat.
Pengembang bersama dengan arsitek Tan Tik Lam bersepakat untuk merancang hunian yang berwawasan lingkungan (green design) sekaligus memanfaatkan pemandangan alam sekitarnya sebagai daya tarik utama.

Ada dua massa yaitu bangunan utama yang berukuran besar dan terbuka serta bangunan servis yang ramping. Untuk menyesuaikan desain dengan kontur berupa lereng yang menurun curam ke arah belakang, hunian dirancang berbentuk bangunan empat lantai ke bawah dengan lantai dasar yang tidak menjejak ke tanah.


Hunian ini ditopang oleh konstruksi balok dan kolom-kolom beton yang diekpos menyerupai rumah panggung modern untuk menghindari perusakan lahan dengan cara cut and fill biasa dan agar air hujan tetap mengalir.
Posisi bangunan utama di desain mundur sekitar 10 m, lebih rendah dari jalan kompleks dan dapat diakses melalui ramp. Letak bangunan servis dibuat seolah-olah hanya “berpegangan” pada tepi lereng sehingga yang terlihat dari jalan hanya carport di lantai teratas. Luas bangunan 1500 m2 ini juga mengikuti Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yaitu 20% dari luas lahan. Lahan paling bawah diolah menjadi kolam renang dan dek sedangkan area di sekelilingnya ditanami pepohonan.
Wujud bangunan didominasi oleh bentuk kotak geometris yang simpel dengan dinding penyekat atau jendela kaca transparan dari lantai sampai plafon dan atap model datar. Arsitek merancang susunan ruang secara efisien, nyaman dan “mengalir” serta memberi pilihan atau “pengalaman” yang berbeda di tiap ruang juga memakai material yang mudah merawatnya.
Untuk interior, tim desainer W+ berupaya menciptakan suasana yang nyaman dan teduh serta mendukung tampilan bangunan yang modern.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar